audio-thumbnail
Audio Overview
0:00
/321.573152

Ada sesuatu yang magis dari ritual menyeduh kopi di pagi hari — suara air yang mengalir, aroma biji kopi yang baru digiling, dan momen tenang saat menunggu tetes pertama jatuh.
Bagi saya, momen itu mirip dengan proses menulis kode.

Dulu, saya menulis kode seperti menyeduh kopi instan — cepat, praktis, hasilnya bisa langsung dinikmati. Saya ingin fitur selesai secepat mungkin, tanpa memikirkan apakah kodenya rapi atau mudah dibaca. Saya selalu bilang pada diri sendiri: “nanti aja dirapihin.”
Dan, tentu saja, “nanti” itu jarang datang.

Seiring waktu, saya belajar bahwa menulis kode yang bersih dan bermakna itu seperti menyeduh kopi secara perlahan — butuh kesabaran, perhatian, dan ritme. Hasilnya memang tak instan, tapi rasanya jauh lebih nikmat.

1. Menggiling Biji: Mempersiapkan Dasar yang Tepat

Fondasi menentukan rasa — begitu juga dalam menulis kode.

Setiap cangkir kopi yang enak dimulai dari biji yang digiling dengan pas.
Terlalu halus atau terlalu kasar — hasilnya bisa berubah total.

Begitu juga dengan coding. Sebelum menulis satu baris pun, penting untuk menyiapkan fondasi yang benar:

  • Apakah saya benar-benar memahami masalah yang ingin saya selesaikan?
  • Apakah struktur proyek dan naming sudah rapi dari awal?

Dalam kopi, ini tentang memilih biji, ukuran gilingan, dan suhu air yang pas.
Dalam kode, ini tentang memahami konteks, menyiapkan arsitektur, dan membuat lingkungan kerja yang siap digunakan.

Karena baik kopi maupun kode yang bagus selalu dimulai dari persiapan yang matang.

2. Proses Seduh: Menulis Kode dengan Niat

Tuang perlahan — setiap langkah membentuk keseimbangan.

Saat menyeduh kopi pour-over, kita tak bisa menuangkan air sembarangan.
Kita tuang perlahan, sedikit demi sedikit, melihat bagaimana kopi mengembang dan aromanya keluar.

Saya mulai belajar melakukan hal yang sama ketika menulis kode.
Tidak lagi terburu-buru menyelesaikan fitur, tapi menulis dengan kesadaran — memperhatikan tiap fungsi, tiap baris, agar mudah dibaca dan dirawat.

Menulis kode yang bersih bukan berarti harus lambat, tapi harus sadar: kapan perlu berhenti, meninjau, dan menyesuaikan arah.

3. Waktu Menyeduh: Biarkan Ide Mengendap 💡

Kadang, ide terbaik muncul saat kita berhenti sejenak.

Kadang, hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan bug adalah… berhenti sebentar.

Ada masa di mana saya menatap layar berjam-jam tanpa solusi. Tapi begitu saya keluar sebentar — jalan kaki, mandi, atau bahkan tidur — tiba-tiba jawabannya muncul begitu saja.

Ide, seperti kopi, butuh waktu untuk “mengendap”.
Kalau dipaksa terlalu cepat, hasilnya bisa pahit — baik di cangkir, maupun di kode.

4. Membersihkan Filter: Refactor dan Review 🧹

Alat yang bersih, kode yang rapi — keduanya membuat proses lebih mudah.

Proses menyeduh tak selesai setelah kopi disajikan.
Ada bagian yang sering dilupakan: membersihkan alat.

Itulah refactoring.
Dulu saya menganggap refactor itu opsional — “kalau sempat.” Tapi sekarang saya tahu, membersihkan kode sama pentingnya dengan membersihkan alat seduh.

Kode yang rapi mempermudah proses selanjutnya.
Setiap perbaikan kecil, setiap penamaan yang diperjelas, setiap fungsi yang diringkas — semuanya membuat “seduhan” berikutnya lebih lancar.

Good developers don’t just ship — they maintain their craft.

5. Ritual Pagi: Konsistensi Lebih Penting dari Kecepatan 🌅

Konsistensi kecil setiap hari membangun keterampilan besar.

Kopi pagi yang sempurna bukan soal resep rahasia, tapi soal kebiasaan.
Begitu pula dengan menjadi developer yang lebih baik.

Kita tak perlu menulis kode paling elegan di dunia hari ini.
Yang penting, kita terus berlatih menulis dengan niat, memperbaiki sedikit demi sedikit, dan menjaga konsistensi.

Kode yang dibuat dengan terburu-buru sering berantakan.
Kode yang dibuat dengan kesadaran — itulah yang bertahan lama.

Slow code is not bad code.

Tetes Terakhir

Hal baik, seperti kopi dan kode, tak bisa terburu-buru.

Dalam kopi dan coding, proseslah yang menentukan hasilnya.

Seduhan yang pelan mungkin butuh waktu lebih lama, tapi hasilnya lebih kaya, halus, dan memuaskan.

Jadi, saat kamu tergoda untuk terburu-buru menyelesaikan fitur atau langsung push commit tanpa review, berhentilah sejenak — dan mungkin, ambil satu tegukan kopi.
Karena hal baik, seperti kode yang bersih, tak pernah lahir dari terburu-buru.

Konten ini dibantu AI. Saya bukan penulis profesional, cuma berbagi apa yang ada di pikiran saya.

Seduh Perlahan, Clean Code: Kenapa Hal Baik dalam Pemrograman Butuh Waktu

Menulis kode itu seperti menyeduh kopi — butuh kesabaran dan niat. Artikel ini mengajakmu melambat sejenak, menikmati proses, dan menemukan makna di setiap baris kode.

Seduh Perlahan, Clean Code: Kenapa Hal Baik dalam Pemrograman Butuh Waktu
Seperti kopi, kode yang baik lahir dari kesabaran dan perhatian.